Membicarakan dunia opera Batak tentu tidak lepas dari nama tokoh Tilhang Gultom. Pria kelahiran Desa Sitamiang, Pulau Samosir ini pantas disebut maestro dan pelopor opera Batak. Tak hanya sekedar pelopor, lewat karya-karyanya lahir ratusan cerita sandiwara, tari-tari dan juga lagu yang menjadi trade mark dalam setiap pementasan opera yang ada di Sumatera Utara, yang bahkan sampai sekarang lagu-lagunya masih akrab di telinga kita..Sejak usia muda, Tilhang telah mengabdikan dirinya pada dunia seni.
Arsip Tag: OPERA BATAK
SIBORU TUMBAGA
- Oppu Buasa
- Boru Tumbaga
- Boru Buttulan
- Oppu Buangga
- Istri Oppu Buangga
- Partukkot Bosi
- Warga 1
- Warga 2
- Pemburu 1
- Pemburu 2
Ringkasan cerita:
Dalam suatu kampung nun jauh di pelosok Tapanuli, terdapatlah satu keluarga yang rukun dan bersahaja, dimana hubungan antara seorang Bapak (Op. Buasa) dengan 2 orang putrinya yaitu Boru Tumbaga & Boru Buttulan yang sudah dewasa sangat baik dan harmonis. Op. Buasa adalah seorang Duda yang telah lama ditinggal mati oleh istrinya tersayang. Keluarga ini mempunyai harta yang cukup lumayan antara lain sawah, ladang, ternak dll. Lanjutkan membaca SIBORU TUMBAGA
BATU GANTUNG, OPERA BATAK
- Bapak Duma
- Mamak Duma
- Duma
- Bapak Pulik
- Mamak Pulik
- Pulik
- Horas
Di suatu kampung yang terdapat di propinsi sumatera utara tepatnya di wilayah sekitar Danau Toba tinggallah beberapa keluarga yang hidup rukun dan damai yang masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi yang begitu pekat. Penduduk yang tinggal di sana masih mempunyai hubungan kekerabatan antara yang satu dengan yang lainnya. Tersebutlah salah satu keluarga yang mempunyai satu orang anak perempuan yang bernama Duma. Keluarga Duma mempunyai kerabat yang sangat dekat dengan keluarga Pulik. Lanjutkan membaca BATU GANTUNG, OPERA BATAK
Opera Batak, Riwayatmu Kini…
Opera Batak, Riwayatmu Kini…
Kutipan: Candra Hariara
Pernah dengar Opera batak?Jenis kesenian teater rakyat itu ternyata sempat merajai dunia hiburan di Sumatera Utara. Hingga dekade 1980-an, opera Batak merupakan tontonan menarik meski diadakan di lapangan terbuka dengan resiko misbar (gerimis bubar : bila gerimis datang maka pertunjukan pun bubar J ).Pada masa jayanya, group opera jumlahnya mencapai 30-an. Diantaranya : Serindo, Serada, Rompemas, Seribudi, Roos, Ropeda, Serbungas, Roserda, Sermindo dan lain-lain.Opera menyajikan cerita sandiwara yang diselingi lagu-lagu, tari-tarian dan lawak. Musik pengiringnya uning-uningan atau seperangkat alat musik tradisional batak yang terdiri dari serunai, kecapi, seruling, garantung, odap dan hesek. Panggungnya sederhana namun cukup unik. Bentuknya menyerupai rumah adat Batak dan diberi hiasan gorga (ukiran khas batak) serta nama operanya. Panggung sengaja diberi lukisan atau property sebagaimana tuntutan cerita. Sebuah tirai penutup menjadi alat penghubung pergantian adegan atau bila acara berganti ke selingan lagu, tari atau lawak. Makanya, opera batak sama durasinya dengan film India. Apalagi kalau sang primadona mampu menghipnotis penonton hingga saweran banyak mengalir, tak jarang sebuah lagu dilama-lamain. Penonton puas meski pertunjukan usai dini hari. Tak peduli pulang menembus kegelapan malam. Maklum saja, tidak seperti sekarang ini alat penerangan listrik pada masa itu belum menjangkau pelosok pedesaan di Sumatera Utara. Nah suasana panggung opera hanya diterangi lampu petromak yang lazim disebut lampu gas, yang terkadang mesti diturunkan untuk menambah angin atau karena kehabisan minyak. Mirip ludruk atau wayang wong dipulau Jawa, opera Batak biasanya berkeliling dari desa ke desa. Sasarannya tentu desa yang baru selesai panen dengan tujuan agar peluang menyedot penonton lebih terbuka. Lama pementasan di sebuah desa tergantung dari kondisi namun biasanya tidak sampai sebulan. Mengingat dunia hiburan jaman dulu terbilang langka tidak heran bila kehadiran opera selalu ditunggu-tuggu masyarakat.Karena berlokasi di alam terbuka maka bukan suatu kejanggalan bila penontonnya duduk margobar atau mengenakan sarung atau selimut untuk melawan dinginnya angin malam. Yang unik, bila tidak ada uang, tiket bisa digantikan beras atau hasil sawah lading asal sesuai dengan nilai tukar yang disepakati J.
Sehingga sering diplesetkan orang.. monis pe dijalo do.. J