Kisah di balik “Acara Itu”


http://luhutpandjaitan.com/in/artikels.php?p=301

Tanggal 30 Desember, seperti banyak orang Indonesia lainnya, saya sedang berada di luar kota bersama keluarga menjalani liburan pergantian tahun, ketika saya menerima telepon dari Sekretaris Negara yang meminta saya menghadiri sebuah acara di Istana Negara keesokan harinya.

Menjawab pertanyaan saya “Acara apa?” jawaban yang saya terima adalah “Acara itu…”

Karena tidak jelas saya tanya lagi, “Maksudnya?”

Jawabannya “Ya, acara itu, Pak.”

Setelah tiga kali bertanya terus dijawab “acara itu”, saya putuskan bahwa walau tidak jelas instruksinya namun karena saya menghargai undangan dari Istana Negara, maka saya dan istri terbang kembali ke Jakarta.

Tanggal 31 Desember, saya berada di Jakarta, karena tidak ada kabar saya jalani hari saya seperti biasa sampai tiba waktu makan siang. Baru tiga suap, handphone saya berdering. Tidak biasanya saya membawa handphone ke meja makan. Biasanya saya tinggalkan di kamar tidur atau kamar mandi.

Mendengar jawaban tenang bahwa saya ada di rumah, Sekretaris Negara langsung berseru “Wah, tolong segera ke Istana, Pak… “Acara itu” sudah dimulai… Lagu Indonesia Raya sudah dikumandangkan!”

Untung istri saya istri tentara. Dalam waktu 20 menit, dia sudah duduk rapi di kendaraan di samping saya dalam balutan kain dan kebaya resmi, sementara saya mengenakan setelan jas, dasi dan kopiah. Bersama kami ngebut menuju “acara itu”.

Setelah melalui perjalanan kilat di mana setidaknya lima kali Sekretaris Kabinet menelpon dengan nada khawatir, tibalah kami di Istana Negara.

Bergegas menghadap Bapak Presiden, sekilas mata saya menangkap hadirin “acara itu” yang sudah mengambil posisi berdiri rapi membuat saya semakin berdebar karena saya belum juga tahu “acara itu” itu acara apa persisnya.

Setelah menghadap Bapak Presiden barulah saya diberitahu apa sebenarnya “acara itu”.

Setelah menjawab pertanyaan “Pak Luhut kok terlambat?” dengan “Mohon maaf Bapak Presiden, saya baru diberitahu pukul 12.15 WIB.” Saya bergegas memasuki ruang “acara itu” yang sekarang sudah jelas. Dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menyodorkan teks sumpah jabatan yang harus saya resapi dalam hitungan detik.

Pendek kata, saya dilantik. Setelahnya baru saya ketahui bahwa bukan hanya saya saja yang tidak paham apa itu “acara itu”. Seluruh hadirinpun rupanya baru tahu bahwa yang mereka hadiri adalah upacara pelantikan saya, Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia.

http://luhutpandjaitan.com/in/artikels.php?p=301

2015/01/img_0667.jpg

Iklan

Satu komentar pada “Kisah di balik “Acara Itu””

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s